Share |

Iktibar & Pengajaran Diatas Bencana Alam Yang Berlaku

GAMB PUBLICATIONS

Masyarakat dunia kini sedang menumpukan perhatian terhadap kejadian gempa bumi dan tsunami yang sedang melanda negara Jepun.Dianggarkan kini seramai 10,000 orang telah mati dan hanya 2,000 orang sahaja mangsa kejadian bencana alam ini ditemui.Di manakah selebihnya iaitu 8,000 orang lagi?.Wallahualam.

Namun begitu, penulis ingin mengajak para pembaca sekalian agar kita sama-sama memikirkan iktibar dan pengajaran yang perlu diambil bersama demi masa depan kita.Marilah kita melihat kejadian bencana alam ini daripada sudut atau aspek agama yakni Islam.

Memang kita prihatin dengan musibah-musibah yang menimpa saudara-saudara kita di beberapa kawasan khususnya di tanah air kita baru-baru ini. Maka kita sangat sangat menghargai mereka yang secara spontan dan tulus mengeluarkan bantuan berupa apapun, termasuk perhatian dan doa untuk ikut meringankan penderitaan mereka yang terkena musibah.

Bencana alam atau musibah bisa merupakan peringatan Allah kepada manusia terutama mereka yang lupa diri, lupa asal dan tempat mereka akan kembali. Maka orang yang beriman pun bila terkena musibah akan mengatakan: Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji'un. "Kita semua milik Alllah dan kepada-Nyalah kita kembali."

Manusia adalah makhluk Allah yang Ia muliakan dan istimewakan melebihi makhluk-makhluk lain. Ia jadikan khalifah di muka bumi. Lalu manusia --yang agaknya memang kebanyakan tak kuat nyandang anugerah, jabatan, dan kekuasaan-- menjadi lupa diri. Begitu bangga dengan akal --yang lambat laun mereka klaim sebagai milik-- mereka. Dan mereka pun merasa bisa berbuat apa saja di bumi ini seenaknya.

"Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagiaan dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)." (QS 30. Ar-Ruum: 41)

"Lalu orang-orang yang zalim mengganti perintah dnegan (mengerjakan) yang tidak diperintahkan kepada mereka. Sebab itu, Kami timpakan atas orang-orang yang zalim itu siksa dari langit, karena mereka berbuat fasik." (QS 2. Al-Baqarah: 59)

"Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh tanganmu sendiri." (QS 42. Asy-Syuura: 30)

Lebih dari peringatan, bencana juga bisa merupakan azab kemurkaan Allah seperti yang, misalnya, menimpa Bani Israel di zaman dulu akibat perbuatan-perbuatan mereka yang melewati batas, seperti firman Allah Swt., antara lain:

"...Lalu ditimpakanlah kepada mereka nista dan kehinaan, serta mereka mendapat kemurkaan dari Allah. Hal itu (terjadi) karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa alasan yang benar. Demikian itu (terjadi) karena mereka selalu berbuat durhaka dan melampaui batas." (QS 2. Al-Baqarah: 61)

"Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia, dan mereka kembali mendapat kemurkaan dari Allah dan diliputi kerendahan. Yang demikian itu karena mereka kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa alasan yang benar. Yang demikian itu disebabkan mereka melampaui batas." (QS 3. Ali-Imran: 112)

"Barangsiapa yang membelakangi orang-orang yang kafir (mundur) di waktu itu, kecuali berbelok untuk (siasat) perang atau hendak menggabungkan diri dengan pasukan (sendiri) yang lain, maka sesungguhnya orang itu kembali dengan membawa kemurkaan dari Allah, dan tempatnya ialah neraka Jahannam." (QS 8. Al-Anfaal: 16)

Bencana, bagi mereka yang mendustakan Allah dan Rasul-Nya, bahkan merupakan sunnah Allah, atau bisa disebut hukum alam, yang tidak bisa tidak pasti menimpa mereka, seperti dalam firman-Nya, antara lain:

"Sesungguhnya telah berlalu sebelum kamu sunnah-sunnah Allah. Karena itu, berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul)." (QS 3. Ali-Imran: 137)

"Katakanlah kepada ornag-orang yang kafir itu: 'Jika mereka berhenti (dari kekafirannya), niscaya Allah akan mengampuni mereka tentang dosa-dosa mereka yang sudah lalu, dan jika mereka kembali lagi sesungguhnya akan berlaku (kepada mereka) sunnah (Allah terhadap) orang-orang dahulu'" (QS 8. Al-Anfaal: 38)

"Dan tidak ada yang menghalangi manusia dari beriman --ketika petunjuk telah datang kepada mereka-- dan memohon ampunan kepada Tuhannya, kecuali (kepastian) datangnya hukum (Allah yang telah berlaku pada) umat-umat yang dahulu atau datangnya azab atas mereka dengan nyata." (QS 18. Al-Kahfi: 55)

Baca juga misalnya, QS 33. Al-Ahzab: 62; 35. Faathir: 43; dan 48. Al-Fath: 22-23.

Untuk kaum muslimin, musibah --sebagaimana juga anugerah-- merupakan ujian dan cobaan (fotnah dan bala). Mereka diuji mengenai keislaman, kesungguhan, kesabaran, dan kepasrahan mereka, seperti firman Allah Swr., antara lain:

"Dan sungguh akan Kami beri cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar." (QS 2. Al-Baqarah: 155)

"Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan. Mereka digoncang (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: 'Bilakah datangnya pertolongan Allah?' Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.'" (QS 2. Al-Baqarah: 214)

"Apa kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad di antara kamu, dan belum nyata orang-orang yang sabar." (QS 3. Ali-Imran: 142)

Baca pula misalnya firman-firman-Nya dalam QS 29. Al-Ankabut:2-3, dan 47. Muhammad: 31.

Maka sebagai kaum muslimin, kita menerima musibah yang menimpa itu sebagai peringatan, agar kita mawas diri dan memperbaiki diri; dan sebagai ujian bagi meningkatkan kesabaran, tawakal dan kedekatan kita kepada Allah. Kita katakan: 'Musibah tidak akan menimpa kita kecuali yang sudah digariskan Allah untuk kita. Dialah Tuhan kita dan kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakal.

Perlu saya tambahkan di sini, sebuah hadis dari shahabat Abu Hurairah r.a. yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, at-Turmudzi, dan an-Nasai dari hadis dari Sufyan bin Uyainah dengan isnadnya. Shahabat Abu Hurairah r.a. berkata:

"Ketika turun ayat 'man ya'mal suuan yujza bihi' (Siapa yang berbuat kesalahan akan mendapat balasannya, QS 4. An-Nisaa: 123), kaum muslimin kelihatan sangat susah. Rasulullah Saw. pun bersabda kepada mereka; 'Bidiklah dan dekat-dekatkan sasaran. Sesungguhnya dalam setiap musibah yang menimpa orang Islam, ada kaffarah sampai pun duri yang mengenainya dan kecelakaan yang menimpanya.'"
Artinya, menurut hadis ini, setiap musibah yang mengenai orang Islam, sekecil apa pun, merupakan tebusan bagi kesalahan.

Wallaahu A'lam.

- FADLY -

No comments:

Post a Comment

Komen dengan penuh berhemah.Sebarang kata-kata kesat dan kata-kata yang boleh menyentuh sebarang sensitiviti amat dilarang.

Next Previous Home
English French German Spain Italian Dutch Russian Brazil Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
Translate Widget by Google